Minggu, 25 Desember 2011

Khasiat Daging Kelelawar

Kelelawar memang mempunyai banyak sebutan. Orang-orang di kawasan timur Indonesia menyebutnya paniki, niki atau lawa. Orang Sunda menyebutnya lalay, kalong atau kampret. Orang Jawa Tengah menyebutnya lowo, codot, lawa, atau kampret. Sedangkan suku Dayak malah menyebutnya sebagai hawa, prok, cecadu, kusing atau tayo. Namun memang ada sebagian masyarakat yang membedakan antara kelelawar, codot dan kalong.

Keluarga kelelawar yang disebut codot, binatang yang suka menggerogoti bebuahan masak ini lebih sering dikenal sebagai hewan malam. Namun di daerah tertentu daging codot juga digemari sebagai menu makanan yang istimewa. Selain rasanya yang gurih, codot goreng juga memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Daging kelelawar rasanya tidak begitu enak. Rasanya langu dan anyir. Ini mungkin karena makanannya hanya serangga. Kelelawar ini biasanya tinggal di rumah-rumah atau pohon pisang walaupun tentu saja juga di pohon lainnya.

Codot memang sangat mirip dengan kelelawar, namun codot lebih besar dibanding kelelawar. Daging codot enak rasanya, tidak langu dan tidak anyir. Selain serangga codot juga juga makan bebuahan, bunga dan sejenisnya. Codot keluar dari tempat persembunyiannya sedikit lebih malam dibanding kelelawar, dan binatang ini biasa tinggal di pepohonan, di gua-gua yang gelap, di pelepah kelapa dan sebagainya.
Keluarga kelelawar lainnya adalah kalong, ukurannya sangat besa yang rantang sayapnya bisa mencapai lebih dari 80 centimeter. Kalong biasanya tinggal di gua-gua dipegunungan yang tinggi dan jauh dari permukiman penduduk. Makanan kalong adalah bebuahan dan bunga. Dagingnya kalong sangat lezat.

Daging dodot dipercayai dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti asma, gatal - gatal atau alergi pada kulit hingga menjaga stamina bagi pria atau wanita, sehingga sekarang ini sudah banyak dibuka warung yang menyediakan masakan dengan menu daging codot.

Sebelum diolah daging codot/kelelawar/kalong terlebih dahulu dipisahkan antara badan dan kedua sayapnya. Sedangka untuk menghilangkan bulu - bulu lembutnya, daging binatang ini dibakar. Sementara untuk mematangkan dagingnya secara alami, dagingnya dibakar dengan bakaran arang hitam.
Selanjutnya daging codot, dicuci dan direbus selama 30 menit dengan arang. Namun sebelum masuk wajan penggorengan daging dicampur dengan bumbu masakan seperti ketumbar, merica, bawang putih serta garam dapur. Dan daging codot pun siap digoreng selama 10 menit hingga bumbu meresap sampai ke tulang dan benar - benar matang.

Masalah penggunaan daging kelelawar sebagai obat ternyata bisa dianggap benar berdasarkan beberapa penelitian. Salah satunya adalah penelitian MJ Naya yang pernah terbit dalam sebuah jurnal kesehatan terbitan pemerintah Spanyol. Menurut Naya ada jenis daging yang bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan radang tenggorokan.

Berdasarkan data itulah beberapa mahasiswa dari Universitas Brawijaya tahun lalu mempublikasikan hasil penelitian mereka mengenai pengobatan asma menggunakan daging kelinci. Hal itu bisa dilakukan karena daging kelinci ternyata mengandung satu zat yang disebut senyawa kitotefin. Senyawa tersebut apabila digabungkan dengan berbagai senyawa lain seperti lemak omega tiga dan sembilan, disinyalir bisa sebagai penyembuh penyakit asma. Dan menurut hasil penelitian mereka juga, didapat kemungkinan bahwa kelelawar juga memiliki senyawa jenis serupa.

Secara teknis, daging penghasil senyawa kitotefin ini berfungsi untuk menstabilkan membran sel mastosit. Asma, yang terjadi lantaran alergi bisa dicegah dengan adanya daging bersenyawa kitotefin itu di dalam tubuh. Sebab daging tersebut merangsang terbentuknya antibodi pada tubuh. Dan apabila antibodi tersebut melekat pada sel mastorit, bisa menyebabkan pecahnya membran. Pecahnya membran bisa membentuk otot-otot polos saluran napas berkontraksi. Hasilnya, saluran napas menyempit hingga terjadi asma.
 
Yang perlu diperhatikan mungkin hanya masalah pengolahan daging sebelum dimakan. Sebab kalau sembarangan mengolah bisa mengakibatkan hilangnya kadar kotitefin yang ada. Jadi disarankan tidak mengolah daging dalam kondisi terlalu panas. Suhu yang disarankan untuk memasak daging ini, jangan sampai melebihi 150 derajat Celcius.

11 komentar: